Rabu, 21 Oktober 2009

Innovation War : Nokia vs. Blackberry


Demam Blackberry (Bb) di tanah air tampaknya kian tak tertahankan. Laju penjualannya terus melesat, dan menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara dengan pertumbuhan pengguna Bb tertinggi di dunia (!) Para pejabat RIM (Research In Motion) – produsen Bb yang berlokasi nun jauh di Ontario, Kanada sana – sampai tertegun-tegun, bahwa ada ledakan populasi pengguna Bb di sebuah negeri katulistiwa bernama Indonesia.

Dan kisah menjulangnya produk Blackberry itu dengan segera membuat produk smartphone keluaran Nokia seperti terpelanting, tercabik penuh luka. Jika tren ini terus berlanjut – dan banyak pengamat percaya ini akan terus berlanjut – masa depan produk smartphone Nokia niscaya akan tergolek dalam bayang-bayang kehancuran.
Syair dan kidung kematian mungkin masih terlalu pagi untuk dilantunkan. Namun, dalam perang inovasi yang brutal, everything is possible. Jika Nokia tak jua mampu mengelak, pendekar tangguh dari Finliandia ini bisa pelan-pelan tergeletak wafat dalam pusara kematian. Dan di atas batu nisannya, tercetak kalimat : Nokia - Rest in Peace.
Who knows?
Semua kisah yang membawa kepiluan bagi Nokia itu berawal dari satu produk yang bernama Blackberry. Ada dua faktor utama yang berperan dalam melambungnya produk Bb ini. Yang pertama tentu saja adalah : produk yang inovatif dengan desain amat elegan. Teknologi email dan browsing-nya sangat user friendly, dan penempatan papan keyboardnya juga terlihat sangat pas (untuk seri Bold dan Curve). Desainnya juga sangat cantik nan menawan, membuat produk smartphone Nokia Communicator menjadi terlihat sangat jadul.
Faktor kedua, yang juga tak kalah penting, adalah apa yang dapat disebut sebagai “imitation effect”. Tentu efek ini bukan khas Indonesia, namun lazim menghinggap pada benak para konsumen di berbagai penjuru dunia. Efek ini intinya begini : kalau orang laen pake Bb, gue mesti pake juga dong. Sebab kalo gue ndak pake, gue bakal kelihatan ketinggalan jaman, gitu.
Efek semacam itu dengan segera akan menciptakan viral : atau promosi yang menyebar dengan sendirinya melalui jaringan para konsumennya. Efek semacam ini pelan-pelan bergerak seperti bola salju dan pada titik tertentu, akan menciptakan momentum ledakan penjualan. Gladwell menyebutnya sebagai tipping point : atau titik dimana efek viral itu melaju tak tertahankan.

Dan persis efek semacam itulah yang dengan indah dimanfaatkan oleh produsen Bb. Mereka hampir tak pernah mengeluarkan biaya untuk iklan; sebab yang menjadi salesman produk mereka adalah ribuan penggunanya yang tersebar disetiap sudut kota. Dan asyiknya “ribuan salesman/salesgirl” ini tidak perlu dibayar. Namun seperti kita lihat : efeknya sangat dramatis bagi laju penjualan Bb. (Ini tentu berbeda dengan smartphone Nokia yang jor-joran mengeluarkan puluhan milyar untuk pasang iklan dimana-mana; namun hasilnya tak juga maksimal).

Menyadari serbuan BB yang kian tak tertahankan, Nokia mencoba merilis seri E, yang merupakan rangkaian produk smartphone dengan beragam keunggulan. Namun sayang, laju penjualannya ndak seperti yang diharapkan. Inilah yang membuat pangsa pasar smartphone Nokia secara global kian tergerus (dari sekitar 49 % pada tahun 2006 menjadi 41 % pada tahun 2009 ini; sementara pangsa Bb melaju hampir tiga kali lipat, dari 7 % pada tahun 2006 menjadi 20% pada tahun 2009).
Tren diatas tak pelak telah membuat Nokia segera berbenah; sebab jika mereka terus gagal membalikkan tren itu, maka masa depan mereka benar-benar berada dalam kekelaman. Sebab pada sisi lain, secara global Nokia juga harus menahan laju produk dahsyat lainnya, yakni iPhone dari Apple yang juga terus menggerus pangsa pasar Nokia.
Serangkaian kisah diatas tampaknya kian menegaskan arti penting inovasi. Tanpa kecerdikan melakukan inovasi, setiap perusahaan – betapapun hebatnya – pasti akan terjungkal dalam semak-semak kehinaan. Perang inovasi memang sungguh brutal. Ia selalu akan meninggalkan para pecundang yang tak sigap merespon dinamika pasar. Pecundang semacam pasti akan selalu tersingkir, dan terkaing-kaing dalam lembah kenestapaan.
Sebab itulah, kita sungguh percaya dengan mantra ini : INNOVATION. How can you survive without it?

Written by Yodhia Antariksa
Posted August 31, 2009 at 12:02 am @ http://strategimanajemen.net/2009/08/31/innovation-war-blackberry-vs-nokia/

Senin, 19 Oktober 2009

Perawat dan Masalah Hukum, Sebuah Tantangan Baru


JEMBER - Bola panas terus menggelinding terkait dugaan adopsi tak prosedural yang terjadi di RSUD dr Soebandi yang kini kasusnya sudah memasuki tahap persidangan di Pengadilan Negeri (PN) Jember. Kemarin, puluhan perawat yang tergabung dalam Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Jember bersama Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Jember ngluruk ke DPRD.

Mereka mengadukan soal dua bidan dan satu staf administrasi RSUD yang jadi "korban" dalam kasus dugaan adopsi ilegal hingga ketiganya dijadikan terdakwa.

Mereka menilai, dua bidan, yakni Rini Dri Retnowati dan Riningsih Hidayati yang bertugas di RSUD dr Soebandi Jember hanya korban atas kejadian tersebut. Alasannya, bidan tersebut telah menjalankan tugas sesuai prosedur yang berlaku. Sedangkan soal kebijakan rumah sakit, seharusnya menjadi tanggung jawab manajemen RSUD dr Soebandi Jember.

"Kami ke sini agar dewan yang terhormat memberikan perlindungan dan pengayoman bagi perawat dan bidan. Kami tidak ingin kasus yang menimpa kami di RSUD dr Soebandi terjadi lagi," kata Said Mardijanto Ns MM, ketua PPNI.

Saat mendatangi gedung dewan, mereka diterima langsung wakil ketua Komisi D DPRD Jember Marduan bersama tujuh anggotanya. Menurut Said Mardijanto, dua bidan yang berposisi sebagai kepala ruangan Nifas dan Kepala Ruang Perinatologi RSUD dr Soebandi Jember sudah bekerja sesuai prosedur.

"Mereka sudah bertugas sesuai aturan sebagai bidan," ungkapnya. Karena itu, sebagai anggota profesi perawat dan bidan PPNI dan IBI Jember berharap ada perlindungan dan pengayoman hukum terhadap profesi perawat dan bidan di Jember.

Tak jauh beda diungkapkan Dwi Ismail, perawat lainnya. Dia menilai, ada kejanggalan dalam proses hukum yang menimpa Rini Dri Retnowati, Riningsih Hidayati, dan Sri Rahayu. "Saya melihat ada sesuatu yang janggal. Padahal, mereka sudah bekerja dengan baik sesuai prosedur yang berlaku," kata Dwi Ismail.

Dia menjelaskan, masalah kebijakan rumah sakit tentunya menjadi tanggung jawab manajemen RSUD dr Soebandi Jember. "Mereka bukan dalam kapasitas mengambil kebijakan. Yang saya tahu, birokrasi rumah sakit sudah baik," ujarnya.

Dikatakan, para bidan dan perawat, bekerja sesuai tugas pokok dan fungsinya (tupoksi) masing-masing. "Apa yang dilakukan bidan sudah di-acc (persetujuan, Red) wakil direktur dan direktur," ungkapnya. Terlebih, para bidan tersebut sempat membantu menyarankan kepada pihak yang hendak mengadopsi untuk mengurus persyaratan ke Dinas Sosial (Dinsos) Pemkab Jember.

Mendengar penjelasan tersebut, Abdul Ghafur, mantan ketua komisi A yang kini menjadi anggota Komisi D DPRD Jember angkat bicara. "Persoalan hukum sebenarnya ada di komisi A. Karena saya termasuk dan saya yang menggendong bayi di rumah sakit, maka saya akan ikut bicara," kata Abdul Ghafur.

Dengan suara keras, Abdul Ghafur menyesalkan aksi PPNI dan IBI yang dinilai terlambat ikut membantu dua bidan dan satu staf administrasi yang kini jadi terdakwa di Pengadilan Negeri (PN) Jember. "Kenapa baru sekarang. Dulu ketika saya hendak menemui dua bidan tidak diizinkan," ujarnya.

Padahal, sambung Politisi PAN Jember ini, dia juga tidak ingin dua bidan jadi korban dalam kasus dugaan adopsi tak prosedural tersebut. Menurut Ghafur, kasus tersebut seharusnya menjadi tanggung jawab pihak manajemen RSUD dr Soebandi Jember. "Saat saya ditanya wartawan, saya minta direktur RSUD dr Soebendi turun," ungkapnya.

Ghafur memandang, dua bidan yang kini jadi terdakwa hanya jadi korban saja. "Saya menyesal, kenapa saat saya hendak menemui bidan di polres tidak mau. Apanya yang ditakutkan," terangnya. Padahal, kata Ghafur, dirinya hendak membela para bidan agar tidak jadi korban dalam kasus dugaan adopsi bayi tak prosedural tersebut.

"Dulu sudah saya katakan, masalah ini diselesaikan dengan kekeluargaan. Tapi malah LSM dituntut karena membela bayi," ujarnya. Seandainya, lanjut Ghafur, saat itu dirinya bisa bertemu, masalah tersebut bisa diselesaikan dengan jalur kekeluargaan. Bukannya malah dibawa ke ranah hukum.

"Sekarang sudah saling gebuk di ranah hukum. Saat di hadapan hukum, kita sama," ujarnya. Karena itu, menurut dia, kini tinggal menunggu proses hukum yang sedang ditangani PN Jember. Ini mengingat, lanjut dia, DPRD Jember tidak bisa ikut campur dalam proses hukum. Sebab, masing-masing memiliki kewenangan.

Ghafur menegaskan, dirinya siap bertanggung jawab dan siap jadi tameng atas kejadian di RSUD dr Soebandi Jember. "Panjenengan-panjenengan minta saya seperti apa? Saya siap untuk bertanggung jawab. Dalam pikiran saya, direktur yang seharusnya bertanggung jawab," paparnya.

Tak kalah tegas, pernyataan senada dilontarkan Holil Asyari, anggota komisi D dari Partai Golkar. Dia juga melihat, kesalahan berada di direktur RSUD dr Soebandi Jember. "Yang keliru adalah direktur. Yang membuat kebijakan adalah direktur," ungkap Holil Asyari.

Menurut dia, seharusnya yang bertanggung jawab tidak hanya bawahannya. "Kalau yang salah direktur, jangan bidannya yang masuk penjara. Kalau perlu direkturnya," imbuhnya. Secara moral, lanjut Holil, dirinya siap membela yang benar.

Ambar Listiani, anggota komisi A yang juga mantan pengacara menyarankan kepada PPNI dan IBI Jember untuk koordinasi dengan pengacara ketiga terdakwa. "Silakan memberikan masukkan kepada pengacara terdakwa. Itu bisa jadi bahan pleidoi," ujarnya. Dia juga menegaskan, DPRD Jember tidak bisa melakukan intervensi apa pun terhadap kasus yang sudah masuk ke PN Jember.

Sementara itu, Suparman, pengurus PPNI lain menjelaskan, aktivitas bidan di RSUD dr Soebandi sudah sesuai dengan kebijakan manajemen. "Apa yang kami lakukan sesuai dengan kebijakan rumah sakit," ungkap Suparman. Maka dari itu, pihaknya berharap, para bidan dan perawat mendapatkan perlindungan dan pengayoman terhadap profesi yang digelutinya.

"Kami bekerja tanpa pamrih. Kami tidak membedakan apakah pasien itu miskin atau kaya," ungkap Suparman. Bahkan, menurut dia, perlunya protap bagi para bidan dan perawat dalam menjalankan tugas sebagai pelayan masyarakat.

Kukuh Hidayat, perawat lainnya menambahkan, pihaknya mengadu ke DPRD Jember bukan dalam rangka meminta direktur RSUD dr Soebandi turun. "Ini perlu dicatat wartawan. Kami ke sini bukan untuk minta direktur RSUD turun," tegasnya.

Dia menjelaskan, kehadirannya ke DPRD Jember untuk minta perlindungan hukum dan pengayoman dalam menjalankan profesinya. "Ini jangan disangkutpautkan dengan politik dan proses hukum yang berjalan," ungkapnya.

Lontaran Kukuh Hidayat itu langsung disambar Abdul Ghafur. "Kami tidak ingin ada `brutus` di antara kita. Jangan dibuat, semangat kami diturunkan lagi," ujarnya. Dia berharap, PPNI dan IBI bersatu untuk memperjuangkan anggotanya. Bahkan, dia menyatakan kesiapannya untuk ikut demo ke PN Jember. (aro)

Radar Jember
www.jawapos.com
[ Sabtu, 17 Oktober 2009 ]
Perawat-Bidan Ngluruk Dewan
Minta Perlindungan Hukum Terkait Kasus Dugaan Adopsi Tak Prosedural

Catatan dari Gempa Sumatera Barat

Postingan ini adalah sebuah surat dari seorang rekan. Mudah2an bisa kita ambil hikmah dari tiap musibah yang kita hadapi.

Bismillahirrahmaanirrahiim
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh


Tidak beberapa menit setelah gempa di Sumatera Barat,
khususnya Padang dan Pariaman, langsung disiarkan di televisi yang aku dengar langsung dari
Mivo.tv.


Aku kaget dan tersentak. Namun tidak begitu heran, karena
sebelumnya sudah diprediksi para ilmuwan, kalau-kalau Sumatera barat, yang
pusatnya di Mentawai akan ditimpa Tsunami.
Hanya kapan Tsunami itu tak ada seorangpun yang dapat memastikannya, selain
yang diatas sana.
Manusia hanya memperkirakan saja.


Suamiku berada dikantor, dan beliau tau berita ini, sore
waktu Kairo, malam waktu Indonesia, sementara aku mendengarnya tak beberapa
lama setelah kejadian, saat itu memang sedang berada didepan computer membaca
berita diinternet, sekaligus menonton sinetron di RCTI. Ada breaking news, yang memberitakan ada gempa di Padang dan Pariaman dengan kekuatan 7,6 skala
richter.


Aku kaget, setau aku, saat 2006-2007 di Sumatera Barat, yang
mana kekuatannya tidak sebesar 7,6, mungkin hanya 6,..sudah begitu menghancur
lantakkan kota Solok(Sumatera Barat juga) dan sekitarnya. Kala itu ada tiga kali aku merasakan goncangan yang cukup kuat. Saat aku
chatting dengan suamiku di warnet, gedung disamping warnet itu hancur, ludes rata
dengan tanah, alhamdulillah gedung tempat aku berada di warnet itu tak apa-apa,
padahal benar-benar disampingnya betul.


Kemudian saat aku disekolah, sedang mengetik sesuatu, kami berlarian
keluar ruangan, ketiga saat aku sedang mencuci piring didalam rumah. Aku
menduga kepalaku lagi pusing, maka bergoyang-goyang. Kalau tidak karena anakku
yang bilang :”Mama…ada gempa,..ayo keluar…mereka turun dari lantai atas,
sementara aku lantai bawah, sang adik lagi bobo. Tapi, alhamdulillah ketika itu
tidak terjadi kerusakan meski goncangannya luar biasa dahsyatnya. Yang keempat
kalinya gempa susulan, katanya terjadi malam hari pukul 12 malam, tetapi aku
dan anak-anakku tertidur pulas, kalau tidak tetangga yang memberitahu kami, kalau
malam tadi kenapa semua tetangga pada keluar rumah, kami tidak kelihatan
keluar, padahal lampu hidup, berarti ada orang dalam rumah. Aku bilang saja,
kami tertidur, nggak tau kalau ada gempa kuat.


Saat aku dan ketiga anakku yang lelaki berada di Kairo, ada
seorang anak perempuanku di pesantren Padang di Indonesia, dia kelas III SMP,
terjadi juga gempa. Luar biasa resahnya hatiku. Salah satu penyebab aku pulang,
lagi di akhir tahun 2008, karena ingin menjemput anakku itulah. Kami di Kairo
selalu tak tenang, kalau terjadi gempa di Sumatera Barat, anak kami disana.
Maka, Juni 2009 kami kembali lagi ke Kairo, sehingga semua anak-anak kami sudah
berada di Kairo lagi.


Pagi hari, dua hari yang lewat, seperti biasanya terjadi
diskusi dan silang pendapat, aku dan suamiku setelah shalat subuh berjamaah,
dan mengaji AlQuran kami tiduran diatas kasur. Aku bertanya sama suamiku.
“Menurut Uda, seringnya terjadi gempa di Indonesia, khususnya Sumatera
Barat, apakah ini merupakan hukuman, ujian, atau peringatan?”. Kenapa Sumatera
Barat yang katanya ABS_SBK, (Adat Bersandikan Syara’, Syara’ Bersandikan
Kitabullah), yang apabila terjadi gempa, luar biasa hancurnya dan kerugian yang
diderita luar biasa besarnya. Sumatera di prediksi Tsunami, sehingga harga
rumah sekitar pinggiran laut turun drastis, eh..malah yang terjadi sebaliknya,
gempa, menghancurkan gedung-gedung, rumah rakyat, sehingga banyak yang
meninggal tertimbun bagunan dan tanah, serta banyak yang cacat, patah tulang,
dan sebagainya.


Suamiku menjawab. “ Yah..gimana yah,..kita harus melihat
dulu, lokasi Sumatera Barat itu memang rawan gempa. Gunung dan bukit-bukit,
memang sudah daerahnya. Jadi,.yah rawan gempalah”.


“Iyah, aku bilang, sama saja dengan Jepang, mereka juga
daerah rawan gempa, tapi koq tidak se dahsyat Sumatera Barat?


Jawab suamiku lagi,..:”Ada pernah tak berapa lama ini, Jepang mengalami gempa dan ribuan orang yang
meninggal”


Kujawab lagi” …tapikan, bukankah dalam AlQuran disebutkan,
kalau apa-apa saja yang menimpa kamu dari kebaikan, itu berasal dari Allah
Ta’ala, dan apa-apa saja yang menimpa kamu dari keburukan, itu berasal dari
dalam diri kamu sendiri?” (Q.S Annisa 79, Assyuura 30), sementara pada ayat
sebelumnya ayat ke 78, disana disebutkan, bahwa semua musibah baik dan buruk
semua atas izin Allah Ta’ala.




Sementara dalam Alquran ayat yang lain disebutkan :”Kalau
saja ahli kampung itu beriman dan bertaqwa, sungguh Allah akan melimpahkan
keberkahan baik dari langit, maupun dari bumi, namun amat disayangkan, mereka
mendustakannya, maka kami mencabut (keberkahan, dari nikmat ) dari apa-apa yang
mereka usahakan itu (Q.S Al A’raf 96).


Dan kusebutkan lagi, ayat AlQuran yang menyatakan, bahwa
:Telah nyata kerusakan dimuka bumi, baik daratan maupun lautan disebabkan oleh
tangan-tangan manusia itu sendiri”.


Apa jawab suamiku:”Kalau banjir, kebakaran, longsor”,
bisalah masuk diakal kita, itu diakibatkan oleh manusia itu sendiri, yang tak
menjaga alam dengan baik. Banjir, disebabkan kotor, kurang menjaga kebersihan,
mana hutan-hutan ditebangi. Kebakaran, juga karena kelalaian, atau sebagainya.
Tapi ini gempa,..siapa yang bisa merusak dasar lautan itu. Gempa berasal dari
dalam bumi, dari gunung dan lautan yang dalam. Dan ini hanya Allah yang mampu
mengutak-atiknya.manusia tak mampu. Jawab suamiku lagi.


“Tuh,..percobaan nuklir yang dilakukan AS itu bagaimana. Kan didasar
lautan”.Kujawab lagi.


“Iyah,..tapi itukan jauh dari bumi Sumatera Barat, jauh dari
bumi Indonesia.”


Kujawab lagi,.:” Idiih Uda,..memang jauh letaknya, tapi
getarannyakan akan terasa kesamping-sampingnya. Kalau segala sesuatu sudah
terkena getaran, yang seharusnya sempit jadi longgar dong. Kalau sudah longgar,
akan mudah rusaknya, apalagi kalau dapat goncangan lagi setelah itu. Akhirnya
gunung-gunung yang lainpun ikut bergetar, yang semulanya gunung itu tenang,
jadi bekerja kencang, kalau sudah kencang, panas, kalau sudah panas, dia akan
bergoncang. Dan goncangannya tadi mengganggu sekitarnya.


Oh yah, bukankah fungsinya gunung, dalam AlQuran disebutkan
untuk sebagai pasak/tiang, (Annaba 7)atau semacam pakunyalah dalam sebuah bangunan, yang untuk menguatkan. Ini
kenapa koq justru paku(gunung itu yang menghancurkan bumi beserta isinya itu
yah?), ungkapku lagi.


“ Yah iyah,..tapi, kalau yang gempa parah, mengeluarkan api
itu, dalam AlQuran itu namanya Burkaan, bukan jabaal”. Burkan itu gunung merapi,
sementara jabaal itu bukit. Yang Ima maksudkan sebagai tiang, atau pancak
adalah bukit-bukit yang mendapatkan goncangan.


“Apabila bumi digoncangkan sedahsyat-dahsyatnya, dan
bukit-bukit dihancurkan sehancur-hancurnya”. )Q.S Al Waaqi’ah 4-5)


Yah..aku berfikir, bukit-bukit mungkin yang bisa sampai
hancur, rata dengan bumi, (Q.S Al waqi’ah 5), namun namanya gunung (merapi, yang aktif, ),
mungkin ratanya dengan bumi apabila telah terjadi kiamatkah, Allahu’alam, saya
memang belum pernah tau masalah gunung merapi, atau gunung yang aktif itu
hancur bagaikan pasir, yang ada bukit-bukit yang hancur.


Juga kulihat firman
Allah Ta’ala, kalau bukit-bukit ada garis-garis putih, merah, dan segala macam
warna, bahkan hitam pekat. (Q.S Faathir 27). Iyah,..aku memang melihat
garis-garis itu dengan jelas, saat aku mendaki bukit Sinai, tempat nabi Musa
menerima wahyu dari Allah Ta’ala. Juga saat aku berkeliling Sumatera Barat,
dipinggiran bukit banyak kutemukan garis-garis dengan bermacam ragam warnanya.
Subhanallah, wa MasyaAllah.


Suamiku berkata, kalau yang sering bergetar itu adalah
jibal, yakni bukit-bukit, dan bukit-bukit itu juga berjalan, (Dan jibal itu dijalankan,
maka menjadi fatamorganalah ia Q.S Annaba 20, Q.S Atthuur 10), tapi bagaimanakah berjalannya bukit-bukit, itu,
Allahu’alam. Dalam ayat yang lain :” Pada hari bumi dan bukit-bukit
bergoncangan, dan menjadilah bukit-bukit itu tumpukan-tumpukan pasir yang
beterbangan(Q.S Al muzzammil 14).


Ok, kita kembali pada diskusi kita semula. Jadi, menurut Uda
gempa Sumatera Barat, ujian ataukah adzab, ataukah peringatan? Dan anehnya baca
di internet Masdar F Mas’udi bilang korban gempa di Sumatera barat matinya mati
syahid(aku belum baca lengkap sih makalahnya, baru judulnya saja, tapi karena
namanya Masdar F Mas’udi, dulu ada pendapatnya yang memang aku tak suka, jadi
aku tak baca sepenuhnya makalahnya itu). Cuman aneh saja, kalau semua yang
meninggal di gempa Padang,
Padang Pariaman kemaren mereka mati syahid. Menurutku sih, yang mati syahid itu
adalah matinya tenggelam(itupun kalau beriman, Fir’aunkan matinya juga
tenggelam kubilang), sakit perut, kanker, melahirkan, dllnya yang sudah ada
dalam hadits Rasulullah. Tapi tentu syarat syahidnya seseorang itu adalah ia
beriman dan shalih. Gimana pula saat seseorang tenggelam, atau kebakaran, dia
sedang berbuat ma’siat. Kan nggak mungkin dikatakan mati syahid. Sebab mati syahid itu ganjarannya surga.


Alasan Ima mengatakan, kalau itu adzab, atau ujian, atau
peringatan dengan mengambil firman Allah Ta’ala :”kalau saja beriman suatu
kampong dan bertaqwa, pasti rahmat Allah akan turun buat kaum itu.”. Gimana
dengan orang kafir? Mereka tidak beriman, malah negeri mereka maju dan makmur,
jarang ada bencana alamkan? Komentar suamiku lagi.


Kubilang, bukankah dalam AlQuran disebutkan, kalau orang
Islam jangan mengira keni’matan yang diberikan oleh Allah ta’ala pada orang
kafir itu, merupakan suatu keberkahan, atau rahmat Allah Ta’ala untuk mereka.
Yah enggaklah, dalam AlQuran disebutkan itu hanyalah kenikmatan sementara yang
diberikan pada mereka akhirnya adalah neraka jahannam(Q.S Al Imran 197-198).


Ok. Lantas Ima menduga bencana itu karena perbuatan maksiat
dikampung itukah? Ok lah, kalau Ima tidak menyamakan mereka dengan negeri kafir
yang maju, yang tak beriman. Sekarang sesame beriman saja. Sama-sama dinegeri Indonesia.
Kenapa tidak di Jakarta bencana alam itu
ditimpakan kemereka, kenapa dikampung, yang mana maksiat dikampung jauh lebih
dikit ketimbang di Jakarta itu, atau daerah lain yang lebih maksiat. Kenapa di Aceh ada Tsunami, sementara
Aceh terkenal dengan Serambi Mekkahnya?


Kujawab lagi, kalau Aceh mah, belum tentu lagi disana
syari’at islam dijalankan sebelum Tsanami, lagian ganja yang terbesar dimana.
Ganja itu justru kejahatan yang lebih parah, merusakkan moral bangsa, anak-anak
bangsa, dan sebagainya.


Lantas, Di Sumatera Barat, menurut Ima, apa kejahatan
mereka, sehingga bencana sering timbul, ketimbang di Jakarta, yang jelas-jelas maksiat merajalela
disana?


Kujawab lagi. Praktik syirik masih banyak disana. Kenapa
potong kepala kerbau merupakan tradisi membangun rumah, harus ada. Bukankah itu
bid’ah. Untuk apa pakai tradisi kepala kerbau segala. Tradisi taabut,
melemparkan bunga-bungaan dan entah apa lagi ke laut untuk memperingati
kematian cucu Nabi Husain, bahkan diadakan tiap tahun dengan alasan tradisi,
kebudayaan, menarik wisatawan, menjadi devisit daerah, dan nggak ada sangkut
pautnya dengan agama. Hanya budaya. Cak ille…kalau semua dikatakan budaya,
yah…tarian perut juga merupakan budaya Mesir, jadi boleh dong,..kan budaya, tradisi,
menarik wisatawan asing, pemasukan negara…
Tradisi mah tradisi, tapi kalau tradisi itu bertentangan
dengan agama, yah..nggak bolehlah.


Masih banyak tradisi tahlilan, menuju 7 hari, 10 hari, 40
hari kematian. Tradisi kepercayaan akan adanya kekuatan dibalik kekuatan Allah
Ta’ala, mempercayai hal-hal yang berbau animisme, dan bid’ah-bid’ah lain, serta
kesyirikan terselubung bersemayam dinegeri ini. Ketauhidan, aqidah, akhlaq,
moral, sudah mulai dilupakan manusia. Betapa banyaknya kejadian pertengkaran,
bahkan sampai bunuhan antar sesama saudara sendiri, paman dengan ponakan, kakak
dan adik, perkosaan, dan sebagainya, hanya karena masalah memperebutkan harta
warisan, harta bukan mata pencaharian
diri kita sendiri, hanya merupakan harta peninggalan nenek-nenek terdahulu.


Begitupun warisan di Minang, harta itu dibagi dua, Harta
pusaka tinggi, harta pusaka rendah. Harta pusaka tinggi diatur sesuai dengan
adat, tradisi Minang yang jatuh hanya pada garis keturunan padusi(garis keturunan
kaum Ibu), harta pusaka rendah yang merupakan pencaharian dari ortu saja yang
dibagi sesuai dengan hukum faraid Islam. Setau Ima, Islam tak membedakan
pembagian harta kepada dua bagian, karena dah jelas dalam AlQuran apa saja yang
ditinggalkan oleh ayah/ibu, kaum kerabat, pembagiannya diatur oleh Islam. Yang
ada dalam Islam, harta waqaf, harta warisan, harta dari wasiat(yang tidak pula
boleh lebih dari sepertiga harta).


Jadi, menurut Ima sendiri, bencana gempa di Sumatera Barat
itu, adalah akibat kesalahan di Sumatera Barat itukah?
Kujawab,..tidak berani Ima menyimpulkan hal-hal diluar
pengetahuan Ima. Itu hanya Allah ta’ala saja yang tahu. Hanya dapat Ima jawab,
kalau bencana alam dimana sajapun, itu merupakan hukuman, bagi mereka yang
menyalahi ajaran Islam, ujian bagi mereka yang masih hidup, rahmat bagi mereka
yang meninggal dalam kondisi beriman dan berbuat baik, dan beramal shalih,
serta peringatan bagi korban yang masih hidup, dengan selamat, atau cacat
sekalipun, serta buat semua kita yang hidup ini dimana sajapun berada, untuk
dijadikan ‘itibar.


Kita diingatkan oleh Allah ta’ala akan kasih sayangnya, dan
azabNyapun ada. Hanya satu yang arus kita yakini, kalau rahmat Allah lebih
besar dari adzabnya. Kalau berupa adzab atau hukuman yang kita terima, marilah
kita berusaha mencoba untuk intropeksi diri kita sendiri. Tak ada salahnya
mengakui kekhilafan, kesalahan, dan kelemahan diri sendiri. Dan jangan pernah
sampai kita lupa Firman Allah ta’ala. :” Dan peliharalah diri kamu dari siksaan
yang tidak hanya menimpa khusus orang-orang yang dzalim saja diantara
kamu(tetapi juga menimpa kaum yang beriman, yang tak bersalah). Dan ketahuilah
Allah amat keras siksaanNya(Q.S Al Anfal 25). Kalau saja peringatan, dakwahan,
nasehat para Ulama sudah tak diindahkan lagi, nahi mungkar sudah tak
dipedulikan lagi, didaerah/negeri itu, maka tunggulah siksaan/azab Allah
Ta’ala.


‘Ala kulli hal, semoga dengan adanya musibah ini, menjadikan kita menjadi bangsa
yang lebih hati-hati lagi. Bangsa yang bertaqwa. Bangsa yang bersabar, tabah dengan ujian dan cobaan itu.
Karena kita yakin, bahwa apapun musibah, cobaan, ujian dari Allah ta’ala kepada
kita, semuanya itu baik, dan ada hikmah dibelakang itu semua. “Sungguh suatu
keajaiban akan keadaannya kaum yang beriman, apabila mereka ditimpa musibah
suatu musibah kebaikan mereka bersyukur, dan apabila mereka diberikan musibah,
ujian kejelekan mereka sabar dan bersyukur juga. (hadits Rasulullah, fiimaa
ma’naa )Apapun yang berasal dari Allah Ta’ala, kepahitankah, keni’matankah, kita
harus yakini, itu adalah yang terbaik untuk kita. Semoga ada manfaatnya,
diawali dari diskusi saya dengan suami, yang kemudian saya jadikan sebuah
tulisan.


Kairo, 4 Oktober 2009. Rahima
Wasssalamu'alaikum. Rahima.S.Sarmadi.Abd.Rahim.(Doqqi,Cairo)


"Sebaik-baik manusia, adalah yang paling banyak memberikan manfaat bagi manusia lainnya".